Minggu, 01 Mei 2016

Tidak punya cukup uang dan waktu untuk pergi berlibur bersama siswa/ anak? Google Institut Budaya bisa menjadi jawaban buat Kita.

“Siapa yang mau berlibur?” Bila pertanyaan ini disampaikan ke siswa/ anak-anak kita, bisa dipastikan jawabanya “Saya.../ Aku mau....”, begitu kira-kira teriakan para siswa, atau bahkan anak kita sendiri. Berlibur memang menyenangkan dan selalu dinanti. Namun siapa sangka kalau untuk menuju ke suatu tempat yang jauh dan populer akan memakan biaya yang tidak sedikit. Bila ini dilakukan dalam sebuah keluarga pertimbangan lainnya adalah soal waktu, ya waktu, terlebih bagi orang tua yang sibuk bekerja, hal ini akan sulit untuk mencocokkan waktunya,  butuh sedikit usaha meluangkan waktu untuk berlibur bersama anak. Namun, saat biaya menjadi kendala dan kecocokan waktu tersebut belum tiba, Google Institut Budaya, atau Google Cultural Institute, bisa menjadi alternatif pergi berlibur buat para siswa disekolah maupun keluarga.

Apa itu Google Institut Budaya?, Google Institut Budaya adalah sebuah proyek Google untuk menghadirkan berbagai kebudayaan dunia langsung di perangkat Kita secara gratis, dengan menggunakan koneksi internet. Penjelajahan virtual yang dimaksudkan agar mereka yang belum berkesempatan mengunjungi suatu lokasi budaya, dapat mengaksesnya terlebih dahulu melalui proyek institut budaya ini. Menggunakan Google Institut Budaya bisa menjadi alternatif pergi berlibur untuk sekolah maupun keluarga.
Sebelumnya, terdapat Encarta, sebuah produk berbasis ensiklopedia dari Microsoft, yang juga menyediakan pengalaman penjelajahan virtual – tidak hanya ke masa kini, namun juga ke masa lalu, seperti berbagai situs sejarah saat masih hidup. Namun Encarta ditutup setelah terkalahkan oleh Wikipedia, produk yang sama namun bisa diakses secara gratis oleh penggunanya.


 Berawal dari inisiatif Google Art Project yang diluncurkan pada 2011, Google Institut Budaya dibuka pada tahun yang sama, dan selain pameran karya seni, institut budaya ini mulai mengusahakan berbagai kerja sama dengan museum maupun pengelola situs sejarah agar tempat-tempat ini dapat kita ‘kunjungi’ dari mana saja. Tinggal ajak para siswa/ anak-anak duduk bareng, pilih dan tonton!

Teruntuk yang punya rasa penasaran akan budaya, ujar Google dalam laman Tentang Google Institut Budaya. Google Institut Budaya mengajak kita semua, Guru, Siswa, Ayah, Ibu dan anak kita, untuk mengakses sumber pengetahuan interaktif yang mereka sediakan. Menggunakan berbagai foto asli, keluarga kita bisa seolah-olah sedang berlibur dengan berjalan-jalan di kawasan Borobudur. Ada pula pameran Kain Nusantara yang baru-baru saja diunggah Google bersamaan dengan peringatan Hari Batik Nasional. Seru, ya?

Mengapa sumber pengetahuan interaktif? Di Google Institut Budaya, anak tidak hanya sekadar membaca teks dengan sedikit gambar yang mungkin tampak membosankan di buku pelajaran sejarahnya, namun dapat menikmati ulasan baik berupa video maupun gambar, ditambah penjelajahan virtual yang memukau. Keluarga Kita bisa memilih ke mana ingin berkunjung, dan bagian mana yang ingin diketahui. Anak bahkan bisa menyimpan foto atau karya seni yang disukai sebagai koleksi pribadi.

Menurut James Paul Gee, profesor studi literasi di Arizona State University, sumber pengetahuan interaktif yang disediakan teknologi modern memungkinkan anak untuk ‘terjun langsung’ ke dalam konteks belajar mereka. Anak bisa mencoba hal-hal yang ingin mereka ketahui, selagi belajar menguasai teknologi tersebut. Hal serupa disediakan oleh Google Cultural Institute, yang membuat belajar lebih menyenangkan, dan membuat budaya lebih menarik untuk dipelajari!
 
Dalam mengakses laman Google Institut Budaya, Guru, Ayah, Ibu bisa berunding atau langsung menantang siswa/ anak untuk menjadi juru mudinya. Artinya, kita memberikan kesempatan bagi anak untuk menelusuri apa yang ingin ia ketahui sepenuhnya. Biarkan anak mencoba memilih, memutar video, atau mengarahkan penjelajahan virtual sekolah/ keluarga kita – bahkan bisa jadi siswa/ anak nantinya mengajari kita bagaimana menggunakan Google Institut Budaya!

Jadi, ketidaktersediaan budget/ dana dan sedikit waktu bepergian bukan alasan untuk tidak berlibur dan belajar bersama siswa/ anak, dan tentunya tetap harus dalam pengawasan dan bimbingan guru maupun orangtua. Setuju?


Source: http://temantakita.com with several edited by: misno

0 komentar:

Posting Komentar