Senin, 23 Desember 2013

Sikap Muhammadiyah terhadap Kurikulum 2013


Malang - Menanggapi rencana pemberlakukan kurikulum 2013, Muhammadiyah memiliki sikap tersendiri. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsudin, MA, menyatakan Muhammadiyah tidak dalam posisi yang mendukung ataupun menolak. Tidak bersifat absolut menerima dan tidak secara ekstrim menolak karena kurikulum ini pasti tidak sempurna seutuhnya.
“Muhammadiyah akan melaksanakan kurikulum itu dengan memperkuat, memperkaya dan memperkecil resiko kelemahan kurikulum yang ada,” kata Din di depan lebih dari 5.500 guru Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah se-Jawa Timur dalam "Rembuk Nasional Pendidikan Muhammadiyah Menghadapi Kurikulum 2013" di UMM Dome, Sabtu (16/02).

Din meyakinkan bahwa Muhammadiyah telah memiliki pengalaman sejarah sangat panjang dalam membangun dunia pendidikan sehingga dapat mengawal kurikulum ini sehingga pendidikan  benar-benar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Muhammadiyah dikenal sebagai pionir gerakan pendidikan nasional dan turut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun mencerdaskan kehidupan bangsa sering disalah pahami secara sempit sebagai pengajaran saja. Padahal sesungguhnya artinya jauh lebih luas, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan melakukan pencerahan dan inilah yang selama ini dilakukan Muhammadiyah,” tambah Din. Ada tiga tahap gerakan pencerahan dalam Muhammadiyah, yakni membebaskan pikiran, memberdayakan potensi dan memajukan umat.  
         
Menurut Din Syamsudin, terdapat beberapa masalah yang dihadapi pendidikan di Indonesia. Pertama, bahwa pendidikan masih mengarah pada pengajaran. pendidikan yang diterapkan belum mampu menanamkan nilai-nilai. Oleh karena itu tenaga pendidik atau guru Muhammadiyah harus bisa menjadi pendidik bukan hanya pengajar dengan menanamkan kerja keras, kedisiplinan, mampu penghematan waktu, menjadi pembimbing  yang baik.

Kedua, sistem pendidikan harus direvolusi atau diperbaharui. Hal tersebut telah dibuktikan oleh Muhammadiyah karena Muhammadiyah telah diberi peluang dan ruang untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia. Apresiasi tenaga pendidikan Muhammadiyah Jatim di tahun terakhir telah membuktikan perkembagannya di tingkat Dasar, Menengah maupun Atas. Semangat fastabiqul khairat harus selalu ditularkan pada sesama pengajar dan anak didik. Dengan tekad, semangat, memiliki daya saing sportif pendidikan Jatim akan semakin meningkat.  

Lebih jauh Din mengungkapkan guru memiliki peran sentral dalam pencerahan melalui pendidikan itu. Guru merupakan ujung tombak perjuangan pendidikan bangsa ini. Untuk itu Din berterima kasih kepada guru Muhammadiyah yang sudah ikut berjuang untuk memajukan dunia pendidikan.  "Guru adalah Laskar Zaman untuk anak-anak Muhammadiyah yang menjadi ujung tombak khususnya dalam bidang Pendidikan," pungkas Din menutup sambutannya.

Hal senada disampaikan rektor UMM, Dr Muhadjir Effendy, MAP. Menurutnya, saat ini bukan lagi soal metode dan konten dari kurikulum yang penting, tetapi guru sebagai pelaku pendidikan. Oleh karena Muhammadiyah memiliki pengalaman dalam mengelola pendidikan yang sangat panjang, maka sudah seharusnya guru Muhammadiyah menyadari peran sentral itu sehingga keberhasilan pendidikan di Muhammadiyah sengat tergantung dari peran gurunya. “Keberhasilan para murid ada di tangan guru bukan hanya di tangan metode,” kata Muhadjir sesaat sebelum Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. M.Nuh, DEA tampil sebagai pembicara utama di forum sosialisasi kurikulum terbesar itu. 



Source: muhammadiyah.or.id
 

0 komentar:

Posting Komentar