Workshop Kurikulum 2013

-

Knowledge #1

-

Knowledge #2

-

Knowledge #3

-

Silaturrahim 2014

-

Muktamar Muhammadiyah ke-47 Makassar

-

Pawai Ta'aruf

Gebyar Muktamar Muhammadiyah ke-47

Olympicad 2016

Sabtu, 30 Januari 2016 di SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto

Selamat dan Sukses

MUSYDA MUHAMMADIYAH-'AISYIYAH KABUPATEN BANYUMAS 2016

Marhaban Ya Ramadhan

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1439 H

Senin, 23 Desember 2013

Sikap Muhammadiyah terhadap Kurikulum 2013


Malang - Menanggapi rencana pemberlakukan kurikulum 2013, Muhammadiyah memiliki sikap tersendiri. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsudin, MA, menyatakan Muhammadiyah tidak dalam posisi yang mendukung ataupun menolak. Tidak bersifat absolut menerima dan tidak secara ekstrim menolak karena kurikulum ini pasti tidak sempurna seutuhnya.
“Muhammadiyah akan melaksanakan kurikulum itu dengan memperkuat, memperkaya dan memperkecil resiko kelemahan kurikulum yang ada,” kata Din di depan lebih dari 5.500 guru Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah se-Jawa Timur dalam "Rembuk Nasional Pendidikan Muhammadiyah Menghadapi Kurikulum 2013" di UMM Dome, Sabtu (16/02).

Din meyakinkan bahwa Muhammadiyah telah memiliki pengalaman sejarah sangat panjang dalam membangun dunia pendidikan sehingga dapat mengawal kurikulum ini sehingga pendidikan  benar-benar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Muhammadiyah dikenal sebagai pionir gerakan pendidikan nasional dan turut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun mencerdaskan kehidupan bangsa sering disalah pahami secara sempit sebagai pengajaran saja. Padahal sesungguhnya artinya jauh lebih luas, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan melakukan pencerahan dan inilah yang selama ini dilakukan Muhammadiyah,” tambah Din. Ada tiga tahap gerakan pencerahan dalam Muhammadiyah, yakni membebaskan pikiran, memberdayakan potensi dan memajukan umat.  
         
Menurut Din Syamsudin, terdapat beberapa masalah yang dihadapi pendidikan di Indonesia. Pertama, bahwa pendidikan masih mengarah pada pengajaran. pendidikan yang diterapkan belum mampu menanamkan nilai-nilai. Oleh karena itu tenaga pendidik atau guru Muhammadiyah harus bisa menjadi pendidik bukan hanya pengajar dengan menanamkan kerja keras, kedisiplinan, mampu penghematan waktu, menjadi pembimbing  yang baik.

Kedua, sistem pendidikan harus direvolusi atau diperbaharui. Hal tersebut telah dibuktikan oleh Muhammadiyah karena Muhammadiyah telah diberi peluang dan ruang untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia. Apresiasi tenaga pendidikan Muhammadiyah Jatim di tahun terakhir telah membuktikan perkembagannya di tingkat Dasar, Menengah maupun Atas. Semangat fastabiqul khairat harus selalu ditularkan pada sesama pengajar dan anak didik. Dengan tekad, semangat, memiliki daya saing sportif pendidikan Jatim akan semakin meningkat.  

Lebih jauh Din mengungkapkan guru memiliki peran sentral dalam pencerahan melalui pendidikan itu. Guru merupakan ujung tombak perjuangan pendidikan bangsa ini. Untuk itu Din berterima kasih kepada guru Muhammadiyah yang sudah ikut berjuang untuk memajukan dunia pendidikan.  "Guru adalah Laskar Zaman untuk anak-anak Muhammadiyah yang menjadi ujung tombak khususnya dalam bidang Pendidikan," pungkas Din menutup sambutannya.

Hal senada disampaikan rektor UMM, Dr Muhadjir Effendy, MAP. Menurutnya, saat ini bukan lagi soal metode dan konten dari kurikulum yang penting, tetapi guru sebagai pelaku pendidikan. Oleh karena Muhammadiyah memiliki pengalaman dalam mengelola pendidikan yang sangat panjang, maka sudah seharusnya guru Muhammadiyah menyadari peran sentral itu sehingga keberhasilan pendidikan di Muhammadiyah sengat tergantung dari peran gurunya. “Keberhasilan para murid ada di tangan guru bukan hanya di tangan metode,” kata Muhadjir sesaat sebelum Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. M.Nuh, DEA tampil sebagai pembicara utama di forum sosialisasi kurikulum terbesar itu. 



Source: muhammadiyah.or.id
 

Daftar Peserta Workshop Kurikulum 2013 Tingkat SLTP

Mengingat pelaksanaan Workshop Kurikulum 2013 akan segera dilaksanakan khususnya untuk yang tingkat SLTP terlebih dahulu, berikut adalah daftar sekolah-sekolah yang sudah mengirimkan data peserta dan juga yang belum mengirimkan. Bagi sekolah yang belum mengirimkan untuk segera mengirimkan atau bila ada kendala setidaknya ada pernyataan kepada Majelis Dikdasmen perihal kendala tersebut.

A.      Sekolah yang sudah mengirimkan daftar peserta
1.       SMP Muhammadiyah 2 Karanglewas
2.       SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto
3.       MTs Muhammadiyah Purwokerto
4.       SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto
5.       SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto
6.       SMP Muhammadiyah Ajibarang
7.       SMP Muhammadiyah Kemranjen
8.       MTs Muhammadiyah Wangon
9.       SMP Muhammadiyah Rawalo
10.   SMP Muhammadiyah 1 Wangon
11.   MTs Muhammadiyah Sirau
12.   SMP Muhammadiyah Banyumas
13.   SMP Muhammadiyah Jatilawang
14.   SMP Muhammadiyah Sumbang
15.   SMP Muhammadiyah Kembaran
16.   SMP Muhammadiyah Cilongok
17.   SMP Muhammadiyah Kebasen
18.   SMP Muhammadiyah Sumpiuh
19.   SMP Muhammadiyah Tambak

B.      Sekolah yang belum mengirimkan daftar peserta
1.       SMP Muhammadiyah Sokaraja
2.       SMP Muhammadiyah Kedungbanteng
3.       SMP Muhammadiyah 1 Karanglewas
4.       SMP Muhammadiyah Purwojati
5.       MTs Muhammadiyah Pekuncen
6.       MTs Muhammadiyah Patikraja

Demikian hal ini disampaikan untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Untuk yang belum mengirimkan, silahkan untuk mengirimkan daftar tersebut via email : dikdasmen_bms@yahoo.co.id

Minggu, 22 Desember 2013

Lahirnya Hari Ibu



Setiap tanggal 22 Desember, seluruh masyarakat Indonesia merayakan Hari Ibu. Sebuah peringatan terhadap peran seorang perempuan dalam keluarganya, baik itu sebagai istri untuk suaminya, ibu untuk anak-anaknya, maupun untuk lingkungan sosialnya. Tahukah Anda sejarah Hari Ibu sampai ditetapkan sebagai perayaan nasional?

Peringatan Hari Ibu diawali dari berkumpulnya para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra dan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.

Para pejuang perempuan tersebut berkumpul untuk menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Para feminis ini menggarap berbagai isu tentang persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan. Tak hanya itu, masalah perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan masih banyak lagi, juga dibahas dalam kongres itu. Bedanya dengan jaman sekarang, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis untuk perkembangan perempuan, tanpa mengusung kesetaraan jender.

Penetapan Hari Ibu ini diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Selain itu, Hari Ibu juga merupakan saat dimana kita mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini.

Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu. Berbagai kegiatan dan hadiah diberikan untuk para perempuan atau para ibu, seperti memberikan kado istimewa, bunga, aneka lomba untuk para ibu, atau ada pula yang membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

Bagaimana dengan perayaan Hari Ibu Anda, adakah sesuatu yang spesial untuk ibu tercinta?



Source: ayahbunda.co.id