Ujian bukanlah hakim yang menghakimi seseorang
pintar atau kurang pintar, cerdas atau kurang cerdas, beruntung atau kurang
beruntung. Ujian adalah sahabat baik yang menyampaikan PENGHARGAAN atau TEGURAN. Bila hasil baik, maka bersyukur penghargaan telah datang. Tapi
sebaliknya, bila hasil kurang baik, maka cara belajar selama ini patut ditinjau ulang.
Kala teman sebangku tidak sanggup
memberitahukan kekurangan, ujian yang mengatakannya melalui coretan-coretan
merah. Seolah berkata; “Hei, cara belajarmu perlu diubah. Perbaiki ya?!” Atau “Hei, cara belajarmu sudah bagus. Bersyukur ya!”
Ujian selayaknya manusia yang memiliki PERASAAN. Dia bisa sangat marah bila dibohongi.
Perasaannya sangat sensitif. Bila dia terus menerus dibohongi, dia akan diam seolah berkata,
“ Terserahlah! Mau nilaimu bagus kek, mau jelek kek. Aku tidak peduli!”. Maka, jaga perasaan sahabat ujian
dengan selalu bersifat terbuka dan jujur.
Tentu tujuan mengikuti ujian adalah mendapatkan nilai yang
baik. Untuk apa ujian kalau dapat nilai yang buruk? Tapi, patut berbangga hati
dengan hasil yang dikerjakan sendiri. Baik ataupun buruk, “secangkir teh manis lebih nikmat setelah kerja keras”. Setelah berpeluh bekerja membanting bahu
di sawah ditemani matahari yang terbenam sedikit demi sedikit menuju balik
bukit. Segelas teh manis tampak seperti potongan puzzle terakhir yang menyempurnakan
kerja keras. Ujian yang jujur adalah teh manis itu. Harus jujur. Bila tidak, tehnya berubah menjadi “teh asin”.
Tidak layak untuk diminum, tidak layak untuk dibanggakan!
Jujur itu mudah dan tidak beresiko. Menyampaikan apa adanya sesuai fakta
tanpa bumbu-bumbu lain. Beda dengan tidak jujur yang sulit dan penuh resiko.
Mempertaruhkan nama baik untuk jawaban yang belum tentu betul adanya.
Sesungguhnya, ujian merupakan cerminan. Manusia se Indonesia mudah sekali mengatakan
gantung leher koruptor! Anak SD, SMP, SMA bila ditanya apa hukuman paling
sesuai untuk pencuri uang rakyat, serentak menjawab hukum mati! Ada yang bilang
gantung, penjara seumur hidup, potong tangan, dan sebagainya. Tapi, saat ujian,
masih NYONTEK???! Padahal, jelas
tidak dapat uang sepeserpun. Walau dapat nilai seratus, tidak akan ada yang keluar mengejutkan sambil bawa hadiah. Tidak sejuta,
sepuluh juta, seratus juta, satu miliar, satu triliun. Bahkan, tidak seribu-seribu acan.
Tidak jadi lebih ganteng, tak juga lebih kece. Tiada juga ada yang
memuji, “wah keren banget nyonteknya ga ketahuan!” dengan
mata berbinar-binar. Kesenangan yang didapatpun semu. Tidak layak dibanggakan.
JUJUR adalah pesan yang sejak ribuan
tahun lalu di sampaikan para nabi, bukan manusia biasa. Hingga sekarang, pesan
tersebut masih menggaung, menjadi pedoman hidup orang-orang bahagia. Maka,
sangat baik toh jika ujian dimulai dari diri sendiri.
Disarikan dari Roki Ranjani,CEO di Niemba oleh Misno